Kalkon merupakan senyawa dasar sebagai penyusun flavonoid dan telah
dibuktikan mempunyai bermacam-macam aktivitas biologi, diantaranya sebagai
antibakteri. Penelitian ini mempelajari hubungan struktur dan aktivitas senyawa
turunan kalkon yaitu p-klorokalkon, p-metoksi-p-klorokalkon, dan pmetoksikalkon
terhadap aktivitas antibakteri pada Staphylococcus aureus ATCC 25923. Senyawa
p-klorokalkon, p-metoksi-p-klorokalkon, dan p-metoksikalkon diperoleh dari
Laboratorium Sintesis Organik Universitas Setia Budi. Uji aktivitas menggunakan
metode dilusi untuk mengetahui Kadar Bunuh Minimal dari senyawa-senyawa turunan
kalkon tersebut. Metode dilusi dengan cara pengenceran 12 tabung, yaitu berupa
satu seri pengenceran dengan konsentrasi 6.250 ppm, 1562,5000 ppm, 390,6250
ppm, 97,6563 ppm, 24,4141 ppm, 6,1035 ppm, 1,5259 ppm, 0,3815 ppm, 0,0954 ppm,
0,0238 ppm, kemudian diinokulasikan pada medium diferensial VJA (Vogel Johnson
Agar). Data hasil metode dilusi kemudian dibandingkan dengan hasil komputasi
kimia untuk mengetahui hubungan struktur aktivitas. Hasil penelitian
menunjukkan p-klorokalkon mempunyai aktivitas pada konsentrasi 0,0954 ppm,
sedangkan p-metoksi-p-klorokalkon dan pmetoksikalkon pada konsentrasi yang sama
yaitu 390,6250 ppm bahwa pklorokalkon mempunyai potensi penghambatan lebih
besar dibandingkan pmetoksi- p-klorokalkon dan p-metoksikalkon pada
Staphylococcus aureus ATCC 25923. Keberadaan gugus Electron Donating Group
(EDG) dan Electron Withdrawing Group (EWG) memberi pengaruh peningkatan dan
penurunan aktivitas senyawa-senyawa turunan kalkon sebagai antibakteri.
http://setiabudi.ac.id/digilib/index.php?act=view&id=7684
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbagaimana mekanisme kerja sintesis senyawa kalkon sehingga kalkon itu bisa sebagai antibakteri dan apa saja yang terlibat?
BalasHapusdan pada bagian mana senyawa kalkon ini terlibat sebagai antibakteri?