1.
Jelaskan bagaimana hubungan struktur dan
kereaktifan beberapa senyawa yang anda kenal terhadap suatu penyakit tertentu.
Jawab:
Saya disini
mengambil senyawa efedrin sebagai obat batuk.
Efedrin merupakan senyawa alkaloid yang dijumpai pada beberapa tanaman
genus Ephedra. Di Cina, beberapa Traditional Chinese Medicine seperti ma
huang mengandung efedrin dan pseudoefedrin.
Produksi efedrin di Cina yang berasal dari tanaman Ephedra sinica
cukup besar, mencapai senilai USD 13 juta, yang berasal dari 30000 ton efedra
per tahunnya. Namun demikian, efedrin yang dipakai saat ini kebanyakan merupakan
senyawa sintetik, karena isolasi dan ekstraksi efedrin dari Ephedra
tidak lagi cost-effective karena biaya yang mahal, dan juga ada concern
terhadap ketersediaan tanaman Ephedra jika dieksplorasi terus menerus.
Bagaimana struktur kimia efedrin
Secara kimia, efedrin menunjukkan isomerisme optikal dan memiliki dua
pusat kiral, sehingga menghasilkan 4 stereoisomer Pasangan
enantiomer dengan stereokimia (1R, 2S dan 1S,2R) adalah efedrin,
sedangkan yang berstereokimia (1R,2R dan 1S, 2S) adalah pseudoefedrin.
Isomer yang dipasarkan sebagai efedrin adalah (–)-(1R,2S)-ephedrine.
Yang menarik, dengan perbedaan stereokimia ini, efek dari efedrin dan
pseudoefedrin berbeda, di mana efedrin memiliki efek yang lebih poten, termasuk
juga efek samping yang lebih besar daripada pseudoefedrin. Efedrin dan
pseudoefedrin keduanya masih banyak dijumpai dalam komponen obat selesma/obat
flu yang ada di pasaran.
Dari struktur kimianya,
efedrin merupakan suatu senyawa amina yang memilik struktur kimia mirip dengan
turunan metamfetamin dan amfetamin. Dapat
dikatakan, efedrin adalah suatu amfetamin yang tersubstitusi dan merupakan
analog struktural metamfetamin. Perbedaannya dengan metamfetamin hanyalah
adanya struktur hidroksil (OH). Kalian tau amfetamin kan?
Amfetamin adalah sejenis stimulan sistem syaraf. Turunannya yaitu metilen
dioksi metamfetamin (MDMA) yang sangat ngetop sebagai ecstasy,
dan metamfetamin HCl atau shabu-shabu,
merupakan obat yang sering disalahgunakan untuk nge-fly…
Bagaimana mekanisme aksi efedrin
Ephedrine adalah amina simpatomimetik yang beraksi sebagai agonis
reseptor adrenergik. Aksi utamanya adalah pada beta-adrenergik
reseptor, yang merupakan bagian dari sistem saraf simpatik. Efedrin
memiliki dua mekanisme aksi utama. Pertama, efedrin
mengaktifkan α-reseptor dan β-reseptor
pasca-sinaptik terhadap noradrenalin secara tidak selektif. Kedua,
efedrin juga dapat meningkatkan pelepasan dopamin dan serotonin
dari ujung saraf.
Dengan mekanisme tersebut, efedrin digunakan untuk beberapa indikasi. Pertama,
efedrin dapat digunakan untuk obat asma, sebagai bronkodilator
(pelega saluran nafas) karena ia bisa mengaktifkan reseptor beta
adrenergik yang ada di saluran nafas. Pengobatan asma tradisional atau
jaman dulu masih banyak menggunakan efedrin dalam racikannya, namun obat ini
mulai banyak ditinggalkan karena efek sampingnya yang cukup besar. Sifatnya
yang tidak selektif di mana dapat mengaktifkan reseptor alfa adrenergik
pada pembuluh darah perifer dapat menyebabkan efek vasokonstriksi
atau penciutan pembuluh darah, yang bisa berakibat naiknya tekanan darah.
Namun di sisi lain, efeknya sebagai vasokonstriktor ini
juga digunakan sebagai mekanisme obat dekongestan (melegakan
hidung tersumbat). Diketahui, ketika hidung tersumbat, terjadi pelebaran
pembuluh darah pada pembuluh2 kapiler sekitar hidung. Karena itu, efedrin yang
bersifat menciutkan pembuluh darah bisa berefek melegakan hidung tersumbat. Hal
yang sama terjadi pada pseudo-efedrin. Namun karena
pertimbangan keamanan, efedrin sudah jarang dipakai dalam komponen obat flu
sebagai pelega hidung tersumbat. Sebaliknya, yang banyak digunakan adalah
pseudoefedrin. Mekanisme aksi pseudoefedrin mirip efedrin, tapi aktivitasnya
pada beta-adrenergik lebih lemah. Pseudoefedrin menunjukkan selektivitas yang
lebih besar untuk reseptor adrenergik alfa yang terdapat pada
mukosa hidung dan afinitas rendah pada reseptor adrenergik yang ada di sistem
saraf pusat ketimbang efedrin
2.
Uraikanlah dan berikan contoh dimana
letak peran penting suatu metabolit sekunder dalam suatu tumbuh-tumbuhan.
Jawab:
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial
bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau
berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu
jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak
selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase
tertentu.
Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan
diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk
mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul
sinyal. Sebagian besar tanaman penghasil senyawa metabolit sekunder
memanfaatkan senyawa tersebut untuk mempertahankan diri dan berkompetisi dengan
makhluk hidup lain di sekitarnya. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder
(seperti: quinon,
flavonoid, tanin,
dll.) yang membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya. Hal ini
disebut sebagai alelopati.
Berbagai senyawa metabolit sekunder telah digunakan sebagai obat atau model
untuk membuat obat baru, contohnya adalah aspirin yang dibuat berdasarkan
asam salisilat yang
secara alami terdapat pada tumbuhan tertentu. Beberapa metabolit sekunder
lainnya yang telah digunakan dalam memproduksi sabun, parfum, minyak herbal,
pewarna, permen karet, dan plastik alami adalah resin, antosianin, tanin,
saponin, dan minyak volatile. Salah satu contoh metabolit sekunder yang
menyebabkan rasa yaitu kafein, dimana rasa yang dihasilkan adalah rasa pahit.
Senyawa ini terdapat pada tanaman kopi, teh dan kakao.
Kafeina dijumpai pada banyak spesies tumbuhan, di mana ia berperan
sebagai pestisida alami.
Dilaporkan bahwa kadar kafeina yang tinggi dijumpai pada semaian yang baru
tumbuh. Kafeina melumpuhkan
dan mematikan serangga-serangga
tertentu yang memakan tanaman tersebut. Kadar kafeina yang tinggi juga
ditemukan pada tanah disekitar semai biji kopi. Diketahui bahwa ia berperan
sebagai penghambat perkecambahan yang menghambat perkecambahan semai kopi lain
di sekitarnya, sehingga meningkatkan tingkat keberlangsungan hidup kecambah
kopi itu sendiri. Sumber kafeina yang umumnya sering digunakan adalah kopi, teh, dan kakao. Selain itu, tanaman maté
dan guarana juga
kadang-kadang digunakan dalam pembuatan minuman energi dan teh. Dua nama
alternatif kafeina, mateina dan guaranina, berasal dari nama dua
tanaman tersebut. Beberapa penggemar mate mengklaim bahwa mateina adalah stereoisomer
dari kafeina. Hal ini tidaklah benar, karena kafeina merupakan molekul akiral,
sehingga ia tidak mempunyai enantiomer
ataupun stereoisomer.
Kesan dan efek berbeda yang dijumpai pada berbagai sumber kafeina alami
disebabkan oleh sumber-sumber kafeina tersebut juga mengandung campuran alkaloid xantina lainnya, meliputi teofilina
yang merangsang detak jantung, teobromina,
dan zat-zat lainnya seperti polifenol.
Sumber utama kafeina dunia adalah biji kopi. Kandungan kafeina pada kopi
bervariasi, tergantung pada jenis biji kopi dan metode pembuatan yang
digunakan. Secara umum, satu sajian kopi mengandung sekitar 40 mg (30 mL espresso varietas arabica)
kafeina, sampai dengan 100 mg kafeina untuk satu cangkir (120 mL) kopi.
Umumnya, kopi dark-roast memiliki kadar kafeina yang lebih rendah karena
proses pemanggangan akan mengurangi kandungan kafeina pada biji tersebut. Kopi
varietas arabica
umumnya mengandung kadar kafeina yang lebih sedikit daripada kopi varietas robusta.
Kopi juga mengandung sejumlah kecil teofilina,
namun tidak mengandung teobromina.
Teh merupakan sumber kafeina
lainnya. Walaupun teh mengandung kadar kafeina yang lebih tinggi daripada kopi,
umumnya teh disajikan dalam kadar sajian yang jauh lebih rendah. Kandungan
kafeina juga bervariasi pada jenis-jenis daun teh yang berbeda. Teh mengandung
sejumlah kecil teobromina
dan kadar teofilina
yang sedikit lebih tinggi daripada kopi. Warna air teh bukanlah indikator yang
baik untuk menentukan kandungan kafeina. Sebagai contoh, teh seperti teh hijau Jepang gyokuro
yang berwarna lebih pucat mengandung jauh lebih banyak kafeina daripada teh lapsang
souchong yang berwarna lebih gelap.
Kafeina memiliki molekul metabolit yaitu 1-3-7-asam
trimetilurat, paraxantina,
teofillina
dan teobromina dengan
masing-masing lintasan metabolismenya. Kafeina mengikat reseptor adenosina
di otak. Adenosina ialah nukleotida yang mengurangi
aktivitas sel saraf saat
tertambat pada sel tersebut. Seperti adenosina, molekul kafeina juga tertambat
pada reseptor yang sama, tetapi akibatnya berbeda. Kafeina tidak akan
memperlambat aktivitas sel saraf/otak, sebaliknya menghalangi adenosina untuk
berfungsi. Dampaknya aktivitas otak meningkat dan mengakibatkan hormon epinefrin terlepas. Hormon
tersebut akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah
penyaluran darah ke otot-otot, mengurangi penyaluran darah
ke kulit dan organ
dalam, dan mengeluarkan glukosa
dari hati. Lebih jauh, kafeina juga menaikkan permukaan neurotransmiter dopamin di otak.
(http://indonesiakimia.blogspot.com/2011/05/kafein-sebagai-metabolit-sekunder.html)
Flavonoid yang terdapat pada coklat merupakan metabolit sekunder yang
biasanya terdapat pada tanaman. Senyawa tersebut sangat terkenal dengan
aktivitas antioksidannya dan berkontribusi terhadap rasa pahit khas coklat dan
pigmen warna.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di
University California of San Fransisco menyatakan bahwa konsumsi dark
chocolate yang kaya akan flavonoid dalam dosis yang kecil dapat melebarkan
pembuluh darah. Flavonoid juga memiliki efek menguntungkan pada sistem
kardiovaskular, yaitu menurunkan tingkat oksidasi LDL (Low Density Lipid),
yang mengakibatkan akumulasi kolesterol
pada pembuluh darah; mencegah agregasi platelet darah sehingga mengurangi
risiko terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyebabkan serangan stroke;
dan menurunkan inflammatory respon imun tubuh yang dapat menyebabkan
atherosklerosis.
Coklat juga mengandung komponen alkaloid yang disebut dengan theobromin.
Komponen itu termasuk ke dalam golongan methylxanthine, seperti halnya kafein.
Namun, efek yang diberikannya sangat berbeda. Theobromin bersifat ringan dan
memberikan efek stimulan yang lambat, sedangkan kafein bersifat kuat dan
memberikan efek stimulan yang cepat.
Banyak orang takut mengonsumsi coklat karena sebagian besar komponennya
adalah lemak, terutama lemak jenuh. Peningkatan konsumsi produk coklat diyakini
menambah prevalensi obesitas yang berisiko menjadi serangan jantung.
Sebenarnya hal tersebut berkaitan dengan perubahan pola hidup atau aktivitas
dan konsumsi coklat itu sendiri. Selama konsumsi coklat tidak berlebihan dan
tidak melewati batas yang telah direkomendasikan, kita tidak perlu khawatir
untuk mengonsumsinya.
3.
Kemukakan gagasan anda, bagaimana idenya
suatu senyawa bisa diisolasi dan purifikasi.
Salah satu tanaman dari
suku Araceae yang telah diteliti adalah Ekor Naga (Rhaphidophora pinnata Schott).
Daunnya telah digunakan sebagai antikanker secara tradisional di Singapura
(Anonim, 2008). Masyarakat Indonesia juga telah menggunakan tanaman ekor naga
sebagai obat anti kanker dan anti bakteri. Daun ekor naga mengandung senyawa
steroid/triterpenoid, alkaloid, flavonoid,saponin, tanin, glikosida , dan
glikosida antrakuinon (Nurhanifah,2009). Akar merupakan salah satu bagian
penting dari suatu tumbuhan. Akar berfungsi menyerap nutrisi dari tanah yang
kemudian akan diedarkan keseluruh bagian tumbuhan dan sebagai tempat penimbunan
makanan. (Gembong, 1994).
Senyawa triterpenoid/steroid dari akar tanaman ekor
naga dapat di isolasi dengan
melakukan skrining fitokimia, kemudian karakterisasi simplisia, selanjutnya
ekstraksi dilakukan dengan cara perkolasi dengan pelarut n-heksan dan
dianalisis dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) selanjutnya dipisahkan dengan
kromatografi kolom , isolat yang diperoleh dikarakterisasi dengan alat
Spektrofotometer ultraviolet (UV) dan Spektrofotometer Infra Red (IR).
Skrining fitokimia merupakan suatu analisa kualitatif kandungan kimia
tumbuhan atau bagian tumbuhan. Skring dapat dilakukan dengan metode KLT
(kromatografi Lapis Tipis) karena KLT mempunyai beberapa kelebihan dibanding
kromatografi kertas yaitu dapat mengahasilkan pemisahan lebih sempurna,kepekaan
yang lebih tinggi,dilaksanakan hanya beberapa menit saja, dapat dipakia preaksi
kolosif, dapa dipakai senyawa hidrofob. Pada penggunakan KLT menggunakan fase
gerak dan fase diam dimana fase diam menggunakan silika gel. Fase diam (lapisan
penyerap) yang khusus digunakanuntuk KLT yang dihasilkan oleh berbagai
perusahaan. Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang
tergantung pada cara pembuatannya. Selain itu fase gerak (pelarut pengembang)
ialah medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Fase gerak
ini menggunakan eluena dan etil asetat karena bersifat kepolaran dari minyak
atsiri dengan perbandingan (93:7) juga menggunakan eluena IPA dan aquadest
(1/3:1/4)
KLT (Kromatogfafi Lapis Tipis) adalah metode pemisahan fitokikimia lapisan
yang memisahkan,yang terdiri atas bahan berbtir-butir (fase diam) ditempatkan
pada penyangga berupa plat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang
akan dipisahkan, berupa larutan yang ditotolkan berupa bercak atau noda (awal),
setelah plat atau lapisan ditaruh dalam bejana tetutup rapat yang berisi
larutan pengembang yang cocok (fase gerak) pemisahann terjadi perambatan
kapiler.
4.
Kemukakan bagaimana idenya suatu senyawa
bahan alam dapat diketahui alur biosintesisnya.
Jawab:
Istilah
biosintesis dan biogenesis keduanya berarti pembentukan senyawa alami oleh
organisme hidup. Biosintesis juga diartikan sebagai pembentukan molekul
alami dari molekul lain yang kurang rumit strukturnya, atau suatu proses
anabolisme.
Asal usul Biogenetik
Spekulasi awal mengenai
biosintesis flavonoid dijelaskan oleh Robinson (1936) mengatakan bahwa kerangka
C6 – C3 – C6. dari flavonoid
berkaitan dengan kerangka C6 – C3 dari fenilpropana yang
mempunyai gugus fungsi oksigen pada para, para dan meta atau dua meta dan satu
para pada cincin aromatik. Akan tetapi, senyawa-senyawa fenilpropana, seperti
asam amino fenil- alanin dan tirosin, bukannya dianggap sebagai senyawa yang
menurunkan flavonoid melainkan hanya sebagai senyawa yang bertalian belaka.
Pola biosintesis flavonoid
pertama kali diusulkan oleh Birch, yang menjelaskan bahwa tahap pertama
biosintesis flavonoid suatu unit C6 – C3 berkombinasi
dengan 3 unit C2 menghasilkan unit C6 – C3 –
(C2+C2+C2). Berdasarkan atas usul tersebut
maka biosintesis dari flavonoid melalui 2 jalur bisosintesis yaitu poliketida
(asam asetat atau mevalonat) dalam membentuk cincin A berkondensasi 3 molekul
unit asetat, sedang cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propana berasal
dari jalur fenilpropana (shikimat).
Selanjutnya, sebagai akibat dari berbagai perubahan yang disebabkan oleh
enzim, ketiga atom karbon dari rantai propana dapat menghasilkan berbagai gugus
fungsi, seperti ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil dan
sebagainya.
Secara
umum biosintesis terpenoid terjadinya melalui 3 reaksi dasar :
1. Pembentukan isopren aktif berasal dari asam
asetat melalui asam mevalonat
2. Penggabungan ekor dan kepala 2 unit isopren
akan membentuk mono-, seskui-, di-, dan
poli-terpenoid
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C15 atau
C20 menghasilkan triterpenoid dan steroid
Dua bentuk isopren aktif yaitu isopentenil pirofosfat (IPP) dan dimetilalil pirofosfat (DMAPP) harus ada dalam biosintesis terpen dalam organisme. IPP dan DMAPP berasal dari asam mevalonat
Mekanisme pembentukannya melalui jalur asam mevalonat :
As. Asetat teraktifasi oleh koenzim-A membentuk asetil koenzim-A, selanjutnya melakukan kondensasi menghasilkan asam asetoasetil koenzim-A
Asetoasetil koenzim-A mengalami kondensasi lg dg asetil koenzim-A menghasilkan senyawa mevalonil koenzim-A selanjutnya mengalami reduksi menjadi asam mevalonat
Reaksi selanjutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yg berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase
IPP dan DMAPP sbg unit isopren aktif berkondensasi melalui interaksi kepala ke ekor yang merupakan polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid
Biogenetik terpenoid berasal dari isopentenyl-pyrophosphate (IPP) terdiri dari lima atom karbon sebagai batu bata (building block) via jalur asam mevalonat (MVA). Isomer IPP adalah DMAPP (dimethyl allyl pyrophosphate). Kedua molekul tsb bergabung menjadi geranyl-pyrophosphate (GPP), farnesylpyrophosphate (FPP), dan geranylgeranyl pyrophosphate (GGPP).
Selanjutnya berturut-turut menjadi monoterpena (10 C), seskuiterpena (15 C), dan diterpena (20 C).
1. Pembentukan isopren aktif berasal dari asam
asetat melalui asam mevalonat
2. Penggabungan ekor dan kepala 2 unit isopren
akan membentuk mono-, seskui-, di-, dan
poli-terpenoid
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C15 atau
C20 menghasilkan triterpenoid dan steroid
Dua bentuk isopren aktif yaitu isopentenil pirofosfat (IPP) dan dimetilalil pirofosfat (DMAPP) harus ada dalam biosintesis terpen dalam organisme. IPP dan DMAPP berasal dari asam mevalonat
Mekanisme pembentukannya melalui jalur asam mevalonat :
As. Asetat teraktifasi oleh koenzim-A membentuk asetil koenzim-A, selanjutnya melakukan kondensasi menghasilkan asam asetoasetil koenzim-A
Asetoasetil koenzim-A mengalami kondensasi lg dg asetil koenzim-A menghasilkan senyawa mevalonil koenzim-A selanjutnya mengalami reduksi menjadi asam mevalonat
Reaksi selanjutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yg berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase
IPP dan DMAPP sbg unit isopren aktif berkondensasi melalui interaksi kepala ke ekor yang merupakan polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid
Biogenetik terpenoid berasal dari isopentenyl-pyrophosphate (IPP) terdiri dari lima atom karbon sebagai batu bata (building block) via jalur asam mevalonat (MVA). Isomer IPP adalah DMAPP (dimethyl allyl pyrophosphate). Kedua molekul tsb bergabung menjadi geranyl-pyrophosphate (GPP), farnesylpyrophosphate (FPP), dan geranylgeranyl pyrophosphate (GGPP).
Selanjutnya berturut-turut menjadi monoterpena (10 C), seskuiterpena (15 C), dan diterpena (20 C).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar