Dalam tumbuhan biasanya terdapat
senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi yang merupakan senyawa
terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah
ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan
itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul
isoprene CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan
2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa
golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2
(C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).
Terpenoid merupakan derivat
dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen merupakan suatu
golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian kelompok
hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan
isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa
isopren. Secara struktur kimia terenoid merupakan penggabungan dari unit
isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat mengandung ikatan
rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya.
Terpenoid merupakan komponen
penyusun minyak atsiri. Minyak atsiri berasal dari tumbuhan yang pada awalnya
dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan
atom hydrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu 8 : 5 dan
dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa teresbut adalah
golongan terpenoid. Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi
merupakan campuran senyawa organic yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25
senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri
adalah senyawa yang hanya mengandung karbon dan hydrogen atau karbon, hydrogen
dan oksigen. Minyak atsiri adalah bahan yang mudah menguap sehingga mudah
dipisahkan dari bahan-bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan. Salah satu cara
yang paling banyak digunakan adalah memisahkan minyak atsiri dari jaringan
tumbuhan adalah destilasi. Dimana, uap air dialirkan kedalam tumpukan jaringan
tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling bersama-sama dengan uap air. Setelah
pengembunan, minyak atsiri akan membentuk lapisan yang terpisah dari air yang
selanjutnya dapat dikumpulkan. Minyak atsiri terdiri dari golongan terpenoid
berupa monoterpenoid (atom C 10) dan seskuiterpenoid (atom C 15)
Sifat umum Terpenoid
• Sifat fisika dari terpenoid adalah :
1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak
berwarna, tetapi jika teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap
2) Mempunyai bau yang khas
3) Indeks bias tinggi
4) Kebanyakan optik aktif
5) Kerapatan lebih kecil dari air
6) Larut dalam pelarut organik: eter dan alcohol
• Sifat Kimia
1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)
2) Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi
dalam dua bentuk enantiomer.
Terpenoid terdiri atas beberapa
macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan
sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena menguap, yaitu
triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing
golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun
pada ekologi tumbuha. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid
merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena.
Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol,
aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk
kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optic yang umumnya sukar
dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya.
Sintesa Terpenoid
Secara umum
biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1. Pembentukan
isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan
kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-, dan
poli-terpenoid.
3. Penggabungan
ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
Asam asetat setelah diaktifkan oleh
koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat.
Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis
aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam
mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat
dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi
DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara
kepada ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari
polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi
karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari
DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison pirofosfat.
Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi
semua senyawa monoterpen.
Penggabungan selanjutnya antara satu
unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang sama seperti antara IPP dan DMAPP,
menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara bagi semua
senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil
pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan
GPP dengan mekanisme yang sama pula.
Bila reaksi organik sebagaimana
tercantum dalam Gambar 2 ditelaah lebih mendalam, ternyata bahwa sintesa
terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhan a sifatnya. Ditinjau dari segi
teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar.
Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk
menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa
jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah
hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat
berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti
isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.